Minggu, 22 Desember 2013

Memperingati Hari Ibu Bagi Umat Muslim


Apakah boleh umat Islam turut memperingati hari ibu?
Hari Ibu adalah hari peringatan atau perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya.
Peringatan dan perayaan biasanya dilakukan dengan membebastugaskankan ibu dari tugas domestik yang sehari-hari diang`gap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya. Di Indonesia hari Ibu dirayakan pada tanggal 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional.

Berbakti pada Ibu Lebih Utama
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِى قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « ثُمَّ أَبُوكَ »

Seorang pria pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu.’ Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ayahmu’.” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548).
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat dorongan untuk berbuat baik kepada kerabat dan ibu lebih utama dalam hal ini, kemudian setelah itu adalah ayah, kemudian setelah itu adalah anggota kerabat yang lainnya. Para ulama mengatakan bahwa ibu lebih diutamakan karena keletihan yang dia alami, curahan perhatiannya pada anak-anaknya, dan pengabdiannya. Terutama lagi ketika dia hamil, melahirkan (proses bersalin), ketika menyusui, dan juga tatkala mendidik anak-anaknya sampai dewasa” (Syarh Muslim, 8: 331).

Berbakti pada Ibu itu Setiap Waktu, Bukan Setahun Sekali
Allah Ta’ala berfirman,

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS. Lukman: 14). Perintah berbakti di sini bukan hanya berlaku pada bulan Desember saja, namun setiap waktu.

Sebab Larangan Memperingati Hari Ibu bagi Muslim
1- Tasyabbuh dengan orang kafir
Peringatan hari ibu bukanlah perayaan umat Islam. Islam tidak pernah mengajarkannya sama sekali. Yang ada, perayaan tersebut diperingati hanya meniru-niru orang kafir. Islam hanya memiliki dua hari besar. Anas bin Malik mengatakan,

كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى

Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (hari Nairuz dan Mihrojan) di setiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau mengatakan, ‘Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fithri dan Idul Adha.’” (HR. An Nasa’i no. 1557. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka.“(HR. Abu Daud no. 4031. Hadits ini hasan shahih kata Syaikh Al Albani).
Ada hadits juga dalam kitab Sunan,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا لاَ تَشَبَّهُوا بِالْيَهُودِ وَلاَ بِالنَّصَارَى

Bukan termasuk golongan kami yaitu siapa saja yang menyerupai (meniru-niru) kelakukan selain kami. Janganlah kalian meniru-niru Yahudi, begitu pula Nashrani.” (HR. Tirmidzi no. 2695, hasan menurut Syaikh Al Albani).

2- Tidak pernah dituntunkan dalam ajaran Islam
Perayaan tersebut adalah perayaan yang mengada-ngada, tidak pernah dituntunkan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Mereka adalah orang-orang terbaik di masa salaf, namun tidak pernah memperingati hari tersebut. Jadi, peringatan tersebut bukan ajaran Islam.
Syaikh Musthofa Al ‘Adawi, ulama besar dari Mesir pernah ditanya mengenai hukum perayaan hari Ibu. Beliauhafizhohullah menjawab, “Tidak ada dalam syari’at kita peringatan hari Ibu. Namun kita memang diperintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua kita. Dan ibu lebih utama untuk kita berbakti. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya siapakah yang lebih utama bagi kita untuk berbuat baik. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ibumu sebanyak tiga kali, lalu bapakmu.” (Youtube:Hukmul Ihtifal bi ‘Iedil Umm)
Guru kami, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Ath Thorifi hafizhohullah berkata, “Perayaan hari Ibu adalah perayaan dari barat. Mereka orang-orang kafir di sana punya perayaan hari ibu, juga ada peringatan hari anak. Kita -selaku umat Islam- tidak butuh pada peringatan hari Ibu karena Allah Ta’ala sudah memerintahkan kita untuk berbakti pada ibu kita dengan perintah yang mulia. Begitu pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, siapakah yang lebih berhak bagi kita untuk berbakti. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ibumu, ibumu, ibumu lalu bapakmu. … Intinya, kita selaku umat Islam tidaklah butuh pada peringatan hari ibu. Karena kita diperintahkan berbakti pada ibu setiap saat, tidak perlu bakti tersebut ditunjukkan dengan peringatan dan semisal itu. Intinya, peringatan tersebut tidaklah dituntunkan dalam Islam dan seorang muslim sudah sepantasnya tidak memperingatinya.” (Youtube: Al Ihtifal bi ‘Iedil Umm)

3- Istri Punya Kewajiban Bakti pada Suami
Jika yang diperingati pada peringatan hari ibu adalah membebastugaskankan ibu dari tugas domestik yang sehari-hari dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya, maka ini pun keliru. Karena berbaktinya istri pada suami dalam mengurus rumah tangga adalah suatu kewajiban. Bagaimana kewajiban ini dilalaikan hanya karena ada peringatan hari ibu? Padahal istri yang taat suami adalah wanita yang paling baik.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.





sumber : Rumaysho.Com Oleh akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal

Kamis, 05 Desember 2013

Manfaat Dzikir dalam kehidupan


Dzikir memiliki banyak sekali manfaat. Saking banyaknya, sampai-sampai Imam Ibn al-Qayyim dalam kitabnya al-Wâbil ash-Shayyib menyebutkan bahwa dzikir memiliki lebih dari seratus manfaat.
1. Dzikir akan mengusir setan dan mengekangnya
Allah ta’ala menjelaskan akibat dari tidak berdzikir,
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
Artinya: “Barangsiapa yang berpaling dari dzikir kepada Allah Yang Maha Pengasih, akan Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya”. QS. Az-Zukhruf: 36.
Karena itulah manakala merasa gangguan setan datang, kita diperintahkan Allah untuk bersegera berlindung pada-Nya.
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui”. QS. Al-A’raf: 200.
Menurut Nabi shallallahu’alaihiwasallam perumpamaan orang yang berdzikir seperti “Orang yang dikejar-kejar musuh, hingga ia menemukan benteng kuat yang bisa melindunginya dari musuh itu. Begitu pula seorang hamba, tidak ada yang bisa melindunginya dari setan melainkan hanya dzikrullah”. HR. Ahmad dan dinilai sahih oleh Syaikh al-Albany.
2. Dzikir akan mendatangkan ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan hati
Allah ta’ala berfirman,
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”. QS. Ar-Ra’du: 28.
Dzikir bukan hanya sumber ketenangan hati, bahkan dzikir merupakan sumber kehidupan hati, sebab ia merupakan makanan dan nyawanya hati. Andaikan ada suatu hati yang kosong dari dzikir, maka diumpamakan seperti tubuh yang tidak mendapatkan suplai makanan. Karena itulah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah pernah menyampaikan sebuah kalimat mutiara, “Kedudukan dzikir bagi hati bagaikan kedudukan air untuk ikan. Bagaimanakah kondisi ikan manakala ia dijauhkan dari air?”.
3. Manakala hamba berdzikir mengingat Allah, maka Allah akan mengingat hamba-Nya
Allah ta’ala berfirman,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
Artinya: “Ingatlah kepada-Ku, Akupun akan ingat kepadamu”. QS. Al-Baqarah: 152.
Maksud dari Allah akan mengingat hamba-Nya adalah: Allah akan melimpahkan kasih sayang dan ampunan-Nya kepada sang hamba, juga pertolongan-Nya. Demikian keterangan dalamTafsîr ath-Thabary dan Tafsîr al-Khâzin.

4. Dzikir akan mengapuskan dosa dan menyelamatkan hamba dari azab Allah
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ عَمَلًا قَطُّ أَنْجَى لَهُ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ
“Tak ada amalan yang dikerjakan anak Adam yang lebih menyelamatkannya dari azab Allah dibanding dzikrullah”. HR. Ahmad dari Mu’adz bin Jabal  dan dinyatakan sahih oleh al-Albany.
5. Dzikir menghasilkan pahala melimpah yang tidak bisa dihasilkan amalan lain
Inilah salah satu keistimewaan dzikir. Padahal jika dibanding dengan ibadah lainnya, dzikir merupakan salah satu ibadah termudah dan paling ringan. Menggerakkan lisan jauh lebih mudah dibandingkan menggerakkan anggota tubuh lainnya. Maka andaikan seorang insan diminta untuk menggerakkan anggota tubuhnya sebanyak gerakan yang dilakukan lisannya niscaya ia akan sangat lelah, atau bahkan tidak akan mampu. Padahal pahala yang dijanjikan untuk dzikir amatlah besar. Rasulullah shallallahu’alaihwasallam menjelaskan,
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ، وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيكِكُمْ، وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ، وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ، وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ؟” قَالُوا: “بَلَى” قَالَ: “ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى”.
“Maukah kalian kuberitahukan amalan yang paling utama, yang paling dicintai Allah, yang paling tinggi di derajat kalian, yang lebih utama dari berinfak dengan emas dan perak, serta lebih utama dibanding kalian berperang dengan musuh lalu kalian memenggal leher mereka, dan mereka memenggal leher kalian?”.
“Tentu wahai Rasul”, sahut mereka (para sahabat).
“Dzikrullah”, lanjut Nabi shallallahu’alaihiwasallam. HR. Tirmidzy (hal. 766 no. 3377) dari Abu Darda’ radhiyallahu’anhu dan dinilai sahih oleh Syaikh al-Albany.
6. Dengan berdzikir kita bisa menanam pohon di surga
Pohon di surga jauh berbeda dengan pohon di dunia. Dalam sebuah hadits sahih disebutkan:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَشَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ لَا يَقْطَعُهَا
“Sesungguhnya di surga ada pohon yang jika seseorang berjalan di bawah naungannya niscaya seratus tahun pun ia tidak akan selesai”. HR. Bukhari dari Anas bin Malikradhiyallahu’anhu.
Walau pohonnya begitu besar, namun untuk memetik buahnya kita tidak perlu bersusah payah untuk memanjatnya. Sebab buah-buahan tersebut akan mendekat dengan sendirinya ke kita. (Baca: QS. Ar-Rahmân: 54 dan QS. Al-Hâqqah: 23).
Tidakkah Anda merasa tertarik untuk berinvestasi menanam pohon di surga sejak sekarang? Berdzikirlah banyak-banyak!
إِنَّ الْجَنَّةَ طَيِّبَةُ التُّرْبَةِ عَذْبَةُ الْمَاءِ وَأَنَّهَا قِيعَانٌ وَأَنَّ غِرَاسَهَا سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
“Sungguh surga itu tanahnya subur dan rata, serta airnya segar. Tanamannya adalah: Subhanallah, Alhamdulillah, La ilaha illah dan Allahuakbar”. HR. Tirmidzy dari Ibn Mas’udradhiyallahu’anhu dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albany.
مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ غُرِسَتْ لَهُ نَخْلَةٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barang siapa mengucapkan “Subhanallahil ‘azhim wa bihamdih (Maha suci Allah Yang Mahaagung dan segala puji untuk-Nya)” akan ditanamkan untuknya pohon kurma di surga”.HR. Tirmidzy dari Jabir radhiyallahu’anhu dan dinilai sahih oleh al-Hakim.

7. Dengan berdzikir seorang insan akan dikarunia cahaya
Cahaya tersebut akan dinikmati muslim di dunia, di kuburan serta di alam akhirat. Dan cahaya tersebut akan menerangi hati juga wajahnya.
Allah ta’ala berfirman,
أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا
Artinya: “Apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana?”. QS. Al-An’am: 122.

8. Dengan berdzikir kita akan disayang Allah dan didoakan malaikat
Barang siapa disayang Allah dan didokan malaikat maka ia telah mendapat keberuntungan dan kemenangan yang sebenar-benarnya. Allah ta’ala berfirman,
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا . وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلاً” . هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا”.
 Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman berdzikirlah (ingatlah kepada) Allah dengan mengingat-Nya sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan para malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), agar Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan kepada cahaya. Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman”. QS. Al-Ahzab: 41-43.
9. Dengan banyak dzikir seseorang akan terhindar dari sifat munafik.
Ka’ab berkata, “Barang siapa memperbanyak berdzikir maka ia akan terbebas dari kemunafikan”.
Salah satu karakter menonjol orang-orang munafik adalah: sedikit berdzikir. Sebagaimana diterangkan Allah ta’ala,
“وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا”.
Artinya: “Mereka tidak berdzikir (mengingat) Allah kecuali hanya sebentar”. QS. An-Nisa: 142.

10. Dzikir merupakan obat hati dan penyembuh penyakit-penyakitnya
Mak-hul bin Abdullah rahimahullah menjelaskan, “Dzikrullah adalah obat”.
Dzikir juga akan menghilangkan kerasnya hati. Suatu hari ada seseorang yang datang kepada al-Hasan al-Bashry mengeluhkan kerasnya hati dia. Beliau menjawab, “Hilangkan itu dengan dzikir!”.
11. Orang yang berdzikir akan dekat dengan Allah dan ditemani oleh-Nya
Dalam hadits qudsi, Allah ta’ala berfirman,
“أَنَا مَعَ عَبْدِي حَيْثُمَا ذَكَرَنِي وَتَحَرَّكَتْ بِي شَفَتَاه“.
“Aku akan bersama hamba-Ku manakala ia mengingatKu dan kedua bibirnya bergerak menyebut-Ku”. HR. Ahmad dan dinilai sahih oleh Ibn Hibban.

12. Dengan berdzikir rizki kita akan lancar
Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu”. QS. Nuh: 10-12.
Ayat di atas menjelaskan dengan gamblang bahwa di antara buah istighfar: turunnya hujan, lancarnya rizki, banyaknya keturunan, suburnya kebun serta mengalirnya sungai.
Karenanya, dikisahkan dalam Tafsir al-Qurthubi, bahwa suatu hari ada orang yang mengadu kepada al-Hasan al-Bashri tentang lamanya paceklik, maka beliaupun berkata, “Beristighfarlah kepada Allah”. Kemudian datang lagi orang yang mengadu tentang kemiskinan, beliaupun memberi solusi, “Beristighfarlah kepada Allah”. Terakhir ada yang meminta agar didoakan punya anak, al-Hasan menimpali, “Beristighfarlah kepada Allah”.
Ar-Rabi’ bin Shabih yang kebetulan hadir di situ bertanya, “Kenapa engkau menyuruh mereka semua untuk beristighfar?”.
Maka al-Hasan al-Bashri pun menjawab, “Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri. Namun sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh: “Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu”.
Rasul shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
“مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ”
“Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”. HR. Ahmad dari Ibnu Abbas dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim serta Ahmad Syakir.

13. Dzikir akan melindungi insan dari marabahaya
“إِنَّ اللَّهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا
Artinya: “Sesungguhnya Allah melindungi orang-orang yang beriman”. QS. Al-Hajj: 38.

Perlindungan Allah kepada para hamba-Nya disesuaikan dengan kekuatan dan kesempurnaan iman mereka. Substansi dan kekuatan iman ada dalam dzikir. Barang siapa yang imannya lebih sempurna dan dzikirnya lebih banyak maka perlindungan Allah pada-Nya lebih kuat. Demikian pula sebaliknya!
Dan perlu diingat bahwasanya dzikir yang benar adalah yang dilandasi keiklasan niat dan di kerjakan dengan mengikuti sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. 


Jumat, 29 November 2013

FUTUR ???


     Saudara/i Q, memang benar iman itu kadang naik n’ kadang turun. Nah.. menyikapi persoalan tersebut, Kaderisasi Alkamil mw bagi2 tips neH untuk Qm2 yg pada futur alias turun iman. Jangan khawatir br0, hal itu biza diatasi kLo Qm mw ngikutin bbrapa saran d’bwah ne. hehe....


1.     Memegang/tetap menjaga amalan ketika sedang futur
Ketika semangatmu sedang meredup, tetap jaga ruhiyahmu. Jika malas untuk mengamalkan sunnah ea cukup jaga yang wajibnya saja. Hati2 Lhoooo.. KaLo Qm jg ikut2-an maLes ngamalin yang wajib tandanya hidayahmu mgkn mw diambil ge tuh ma Yang Kuasa. Pada ga mau kan???

2.     Berusaha melakukan amalan sunnah ketika sedang futur.
Amalan sunnah akan membantumu meredupkan gejolak nafsu dan rasa malas.

3.     Buat target untuk diri pribadi dan tempel didinding.
Ayoo buruan tetapin targetmu n’ lau perlu buat jg target utk meng-‘iqob dirimu ndri Lau Qm ga bs capai targetmu.

4.     Membaca terjemahan Al-Quran ketika tilawah.
Bukankah Al-Quran itu adlah obat dr segala penyakit di dalam dada? Lembutnya tutur kata Allah dalam Al-Quran bs ngebuat hatimu tenang n’ bersemangat kembali.^^

5.     Curhat sama teman terdekat ketika sedang futur dan minta dinasehati.
Jangan malu untuk curhat ma tmen yg Qm prcaya n mnta solusi tentang masalah futurmu itu eaaa....

6.     Bandingkan dirimu dengan saudara2 seiman yg lebih banyak amalannya
Coba lihat tmen-tmenmu. Amalan mereka banyak. Qm???? Masak mau kalah siyh? Apa ga malu??

7.     Ikud kajian keislaman

Dengan ikud kajian, ruhiyahmu dapat banyak makanan n’ bs ngecas ge shingga Qm bs ngtasin futur yg buat Qm galau.. hehehe (Wallaahu a’lam bishshawaab)


Yang terpenting, “Jangan lupa berdo’a dan memohon pada-Nya”. Lawan hawa nafsumu. Qm pasti bisa ! J


MuTiaRa HikmaH :
“Ketahuilah oleh kalian bahwa kunci kekuatan kalian ada pada keikhlasan dan kebenaran. Sampai-sampai para pendukung kebatilan ingin menghimpun kekuatan dari keikhlasan mereka dalam melakukan kebathilan. Keikhlasan pada pengabdian kita di jalan inilah yang akan mengokohkan dakwah kita.” (Badiuzzaman Said Nursi ra.)


 “Tidak ada seorang pun yang meninggalkan suatu keburukan yang ia rasakan nikmat, hanya karena Allah, kecuali pasti ia akan menemukan gantinya dari Allah.” (Ibnu Sirin)






Kamis, 28 November 2013

"Muhammad Al-Fatih" Sang Penakluk Konstantinopel


Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”


(HR. Ahmad bin Hanbal dalam musnadnya)

     Konstantinopel, ibu kota pemerintahan Byzantium (Romawi Timur) merupakan incaran banyak bangsa di dunia. Kota yang dikelilingi oleh laut dan terletak persis di antara benua Asia dan Eropa. Kota yang dianggap paling strategis di dunia sehingga banyak bangsa berusaha untuk merebut dan menguasainya. Akan tetapi, upaya mereka sia-sia karena perbentengan Konstantinopel yang sangat kuat dan tidak bisa ditembus. Siapa sangka, delapan abad kemudian kota tersebut justru jatuh ke tangan seorang sultan yang di mata khalayak barat dianggap lemah dan gagal memimpin.

Muhammad Al-Fatih

     Muhammad II dilahirkan pada tanggal 20 April 1429 M, bertepatan dengan 26 Rajab 833 H. Ia lahir sebagai putra ke-3 Sultan Murad II. Ibunya yang diduga yang diduga merupakan seorang budak dengan asal-usul agama Kristen dan bernama Turki Hatun bin Abdullah.

     Al-Fatih berguru kepada seorang ulama ternama, yaitu Syaikh Ahmad bin Ismail  Al-Kurani. Selain Ahmad Al-Kurani, ia juga belajar dari Syaikh Ibnu Al-Tamjid, Syaikh Khairuddin, Syaikh Sirajuddin Al-Halbi, dan Syaikh Aaq Syamsuddin serta para ulama yang lainnya.
    Pendidikan yang diterimanya dari banyak ilmuan membuatnya tumbuh dengan wawasan yang cemerlang. Ia menguasai dengan baik bahasa Turki, Arab, Persia, Yunani, Latin, dan Hebrew. Dari semua gurunya, ia belajar ilmu-ilmu agama, bahasa, keterampilan fisik, geografi, falak, dan sejarah. Ia juga mempelajari biografi tokoh-tokoh Eropa seperti Kaisar Augustus, Constantine The Great, Theodosius The Great, Timur Lang, dan tokoh yang  membuatnya terkesan-Iskandar Agung dari Macedonia.

     Muhammad dilantik sebagai Sultan Turki dua minggu setelah wafatnya Sultan Murad II. Ketika itu usianya antara 19 dan 21 tahun. Pemikirannya dalam politik sangat bagus. Ia dapat meredam pemberontakan yang terjadi dengan tindakan yang efektif. Untuk impian menaklukkan Konstantinopel, ia mereorganisasi tentara menjadi kekuatan baru yang lebih kokoh dibanding masa-masa sebelumnya sehingga nanti ketika tiba saatnya menaklukkan Konstantinopel ia telah siap dengan pasukan dan persenjataan yang sangat kuat.

Beberapa Aspek Kepribadian Al-Fatih
     Sejarah menggambarkan Al-Fatih sebagai sosok yang memiliki kepribadian positif dan mulia. Ia pemuda yang cerdas. Kemauannya yang keras disertai sifat pemberani dan fisik yang kuat membuatnya mampu mengatasi berbagai rintangan yang dihadapinya. Konstantinopel tidak akan jatuh ke tangan kaum Muslimin jika seandainya orang yang memimpin penaklukan tidak memiliki kemauan yang kuat serta kesunguh-sungguhan dalam berjihad. Semua sifat ini ada pada diri Al-Fatih sehingga tidak hanya Konstantinopel yang berhasil ia bebaskan, tetapi juga beberapa wilayah lainnya di Eropa dan Asia Minor.
     Al-Fatih merupakan seorang yang sangat mencintai jihad. Sebagian besar hidupnya dihabiskan dia atas punggung kudanya. Hampir seluruh perjalanan jihad tentaranya ia pimpin secara langsung. Bahkan ia tetap berangkat juga berjihad walaupun sedang menderita suatu penyakit. Hal ini terjadi pada perjalanan jihadnya yang terakhir.
Dalam memimpin militer, beliau memilikii disiplin yang tinggi dan sangat pandai menjaga rahasia. Orang-orang disekitarnya tidak pernah tahu ke mana pasukan Utsmani akan dibawa berjihad. Beliau juga sangat tegas terhadap berbagai pelanggaran dan kelalaian dalam bertugas. Kemampuan dan kapabilitas menjadi standar dalam memilih pegawai dan pejabat.
 Beliau selalu berusaha mendengar keluhan-keluhan rakyatnya dalam berbagai kesempatan. Seringkali ia turun ke jalan-jalan untuk mengamati kondisi rakyatnya secara langsung serta mendengarkan berbagai keluhan dari mulut mereka. Pada setiap perjalanan jihadnya ia selalu mampir di wilayah-wilayah kekuasaan yang dilaluinya. Di tempat-tempat tersebut ia bangun kemah dan mempersilahkan masyarakat untuk menyampaikan problem mereka secara langsung kepadanya.
Al-Fatih selalu berusaha untuk tidak membeda-bedakan siapapun di antara rakyatnya. Semua orang dari berbagai bangsa dan agama yang hidup di bawah naungan pemerintahan Utsmani memperoleh apa yang menjadi hak mereka. Beliau juga tidak membeda-bedakan dalam memberikan hukuman termasuk kepada anaknya sendiri. Menurut sejarah, ia sempat hampir menjatuhkan hukuman mati kepada anaknya Daud karena telah membuat kerusakandi Edirne dan  memukul seorang hakim namun niat itu tidak jadi dilaksanakan karena nasehat dan argumen dari Maulana Muhyiddin. Akan tetapi, ia mengganti hukumannya dengan sebuah pukulan keras menggunakan sebuah tongkat yang besar.
Pukulan itu menyebabkan si anak sakit selama empat bulan.Tindakannya itu justru membuat si anak tersadar dan bertaubat. Daud selalu mendoakan ayahnya itu sembari berkata, “Sesungguhnya kembalinya saya pada kebenaran ini tak lebih karena pukulan Sultan”. Sultan Al-Fatih memiliki beberapa buah gelar. Gelar Ghazi diberikan karena sepak terjangnya di medan jihad yang merupakan julukan semua Sultan Turki Utsmani. Keberhasilannya menaklukkan Konstantinopel dan negeri-negeri lainnya telah memberinya gelar yang lain, yaitu “Al-Fatih (Sang Penakluk)” atau “Abu Fath (Bapak Kemenangan)”. Al-Fatih juga sangat menonjol dalam hal kedermawanan. Ia banyak membantu para ulama serta orang-orang tak mampu yang membutuhkan bantuan. Sikapnya yang dermawan ini menyebabkan ia memperoleh gelar “Abul Khair (Bapak Kebaikan)”.
Kecintaan beliau terhadap ilmu dan para ulama sangat luar biasa. Beliau terbiasa mengundang ulama, sastrawan, dan para ilmuan ke istana untuk berdiskusi. Beliau sangat memperhatikan keadaan serta kebutuhan para ulama yang ada di zamannya serta berusaha untuk menanggung segala keperluan mereka.

Wafatnya Al-Fatih
Sultan Muhammad Al-Fatih meninggal dunia pada tanggal 4 Mei 1481 M pada umur 52 tahun. Negeri-negeri Eropa menyambut dengan sangat gembira kabar tersebut. Pembawa berita ke Venesia mengeskpresikannya dengan kata-kata, “The Great Eagle is dead”. Entah apa yang akan terjadi seandainya Al-Fatih hidup beberapa tahun lebih lama. Tidak tertutup kemungkinan Roma juga akan jatuh ke tangan Islam. Tepatlah yang dikatakan oleh Stanley Lane-Poole, “The dead of the Conqueror saved Europe”. Kematian Sultan Al-Fatih disambut dengan penuh kegembiraan di Eropa. Orang-orang Kristen yang berada di Pulau Rhodes melakukan sembahyang untuk mensyukuri kematian Sultan. Paus di Roma memerintahkan gereja-gereja dibuka dan dilakukan sembahyang serta pesta. Orang-orang turun ke jalan  dan menyanyikan lagu-lagu kemenangan dan kegembiraan yang diiringi dentuman meriam penduduk Roma berpesta selama tiga hari berturut-turut.

Wasiat Al-Fatih untuk Anaknya 

Berikut ini adalah wasiat Al-Fatih untuk anaknya yang akan menggantikan posisinya sebagai Sultan Kerajaan Turki Utsmani. Wasiat ini demikian sarat dengan pesan dan wejangan yang dapat kita ambil hikmahnya dan kita jadikan contoh dalam kehidupan.

“Tak lama lagi aku akan menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun aku sama sekali tidak merasa menyesal sebab aku meninggalkan pengganti seperti kamu. Maka jadilah engkau seorang yang adil, shalih, dan pengasih. Rentangkan perlindunganmu terhadap seluruh rakyatmu tanpa perbedaan. Bekerjalah kamu untuk menyebarkan agama Islam sebab ini merupakan kewajiban raja-raja di bumi. Kedepankan kepentingan agama di atas kepentingan lain apapun. Janganlah kamu lemah dan lengah dalam menegakkan agama. Janganlah kamu sekali-sekali memakai orang-orang yang tidak peduli agama menjadi pembantumu. Jangan pula kamu mengangkat orang-orang yang tidak menjauhi dosa –dosa besar dan larut dalam kekejian. Hindari berbagai bid’ah yang merusak. Jauhi orang-orang yang menyuruhmu melakukan hal itu.

Lakukan perluasan negeri ini melalui jihad. Jagalah harta Baitul Mal jangan sampai dihambur-hamburkan. Jangan sekali-sekali engkau mengulurkan tanganmu pada harta rakyatmu kecuali itu sesuai dengan aturan Islam. Himpunlah kekuatan orang-orang yang lemah dan fakir, dan berikan penghormatanmu kepada orang-orang yang berhak. Hal itu karena ulama laksana kekuatan yang harus ada di dalam raga negeri, maka hormatilah mereka. Jika kamu mendengar ada seorang ulama di negeri lain ajaklah ia agar datang ke negeri ini dan berilah dia harta kekayaan .

Hati-hatilah jangan sampai kamu tertipu dengan harta benda dan jangan pula dengan banyaknya tentara. Jangan sekali sekali kamu mengusir ulama dari pintu-pintu istanamu. Janganlah kamu sekali-sekali melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum Islam. Sebab agama merupakan tujuan kita, hidayah Allah adalah manhaj hidup kita, dan dengan agama-lah kita akan menang.”


Subhanallah. Semoga Allah merahmati beliau. Masih adakah pemuda muslim yang begitu teguh meyakini Rasulullah seperti beliau saat ini? Sulit sekali ditemui pemimpin seperti beliau. Kehebatannya tak hanya dalam berperang. Dalam hal administrasi dan pembangunan pun beliau sangat hebat. Hanya saja kami tidak dapat menuliskan semuanya di sini. Untuk informasi lebih lengkap tentang beliau dapat dibaca di buku Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk Konstantinopel karya Alwi Alatas yang diterbitkan oleh penerbit Zikrul. Wassalaam.